Yogyakarta,
Kamis, 30 November 2017
Bagaikan air yang mengalir dari langit yang kau kenal sebagai hujan. Dia datang, menetes, dan jatuh. Kemudian dia kembali menemui kawanannya. Titik per rintik, saling bertemu. Mengalir bersama ditanah, membasahi daun daun bunga taman. Tak lupa atap genting milik rumah per rumah. Atau bahkan tubuh tubuh manusia yang tepat dibawahnya.
Ada kalanya, bau tanah basah perlahan menyebar karena ulah angin.
Semerbak harum dingin menusuk batin.
Perlahan, dia memekik tubuhmu dengan segala hawa kerinduan.
Hingga tanpa kau sadari kau hanyut dan terlelap oleh dekapan bayangan kenangan.
.
.
Satu persatu bayangan itu hadir di ingatanmu.
Membawamu bernostalgia dimasa yang entah itu kapan. Tapi yang jelas itu bukan hari ini.
Hari dimana kamu teringat kenangan.
.
.
Kau tak perlu menyesali. Semua itu memang pernah terjadi. Meski kini hanya menyisakan tangis. Percayalah kau tak perlu menyesali. Sekali lagi aku ingatkan. Kau tak perlu menyesali.
.
.
.
Kau pernah bahagia kala itu, kau pernah berdoa dan bermimpi.
Kala itu kau bahkan benar benar mengatakannya sendiri. Bahwa kau, sangat bersyukur karena ada bersamanya.
.
Kini, kau ingin menyesali. Memarah pada apa yang pernah terjadi. Itu konyol. Hanya akan membuatmu terlihat bodoh. Tanpanya sekarang bukan berarti kau akan menyerah dan pasrah bukan ?
.
Dan dia yang kini bukan lagi manusia yang sama seperti kala itu. Yang menghadirkan tawa canda pada harimu. Bukan berarti orang yang layak kau persalahkan.
.
Kau tak perlu membencinya. cukup dengan ikhlaskan saja. Kau akan temui bahagiamu.
.
.
Meski memang nyatanya dia yang meninggalkanmu. Tapi, percayalah. Ada rencana lain untukmu. Bisa jadi dia didatangkan pada duniamu kala itu karena untuk sejenak. Bukan menetap.
.
dan seharusnya kau berfikir. Bahwasanya didunia ini tidak ada yang pantas untuk benar benar kau andalkan. Bahkan orang tua atau keluargamu itu sendiri.
.
Bahkan tangan ataupun kakimu.
.
.
Kecuali satu, dan itu adalah Tuhanmu.
.
.
.
Semua di dunia ini ada batasan waktu. Seperti roti yang ada pada kemasan rak toko itu. Atau mungkin nasi yang ada di atas piringmu kala akan kau makan.
.
.
Ada kalanya nasi itu belum menjadi nasi. beberapa waktu menjadi bibit, kemudian padi, lalu tumbuh dan berbiji yang nanti kau sebut beras. Kemudian harus berproses hingga kau sebut nasi. Nasi tak selamanya tetap utuh baik bukan ? Dia juga bisa basi.
.
.
Sama halnya juga dengan orang orang yang kau sayangi kini. Bisa jadi mereka hari ini adalah orang orang yang kau banggakan. Tapi aku yakin.. Itu tidak untuk selamanya. Kecuali atas kehendak Nya.
.
.
Jadi, hidup dan cinta itu sama halnya dengan Hujan. Karena "Setiap hujan pasti berhenti, musim juga pasti berganti, begitupun dengan sakit hati, suatu saat ia pasti kan terobati."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar