Jumat, 22 September 2017

Janjiku pada Ayah dan Ibu Dirumah

Dewasa ini, aku belajar banyak hal.
Tentang sesuatu yang menyenangkan, tapi tidak selamanya.
Terkadang, air mata hadir setelah tawa.
Atau bahkan sebaliknya.
.
.
Banyak hal yang aku lihat, tentang sebuah dimensi waktu setiap hari.
Perubahan perubahan,
Kejadian jadi kenangan.
Segalanya...
.
.
Dulu dimasa kecil, aku tak pernah memikirkan sedikitpun tentang apa itu kenangan.
Apa artinya kenangan,
Apa itu sejarah,
Dan apa itu belajar sejarah.
.
.
Yang ku ingat kala itu,
Bermain dan tertawa adalah bahagia yang sangat istimewa.
.
.
Tak butuh menjadi orang yang hebat,
Cukup menjadi teman yang paling asik dan paling kreatif adalah hal yang paling utama.
.
.
Kini, setelah usai umur umur itu bertambah.
Dan menjadi tualah aku,
.
.
Aku baru menyadari,
Bahwasanya...
Dewasa itu adalah berat.
Bukan sekedar tawa dan air mata.
Melainkan sebuah pengorbanan dan pengabdian.
.
.
Mencari cari titik permasalahan,
Mencari cari cara untuk solusi.
Mencari cari segala jalan,
Tapi sekali lagi...
Kita akan temui sebuah pengorbanan dan pengabdian.
.
.
Kadang aku rindu pada masa itu,
Kala rumah yang dulu ramai akan jerit dan tawa kami.
Kini menjadi sepi,
Hanya suara radio atau chanel tv saja yang memecahkan hening.
.
.
Dulu, ayah selalu menjadi orang yang asik dalam bercerita.
Kini menjadi orang yang paling sepi menunggu cerita.
.
.
Dulu, ibu adalah wanita tersibuk dirumah.
Kini menjadi wanita yang setia menunggu anak anaknya pulang.
.
.
Sesekali aku tersenyum,
Rasa sesak dalam batin menusuk.
Air mataku hampir saja terjatuh,
Sesekali ku bernafas dalam untuk menahan.
.
.
Ada kicauan merdu burung diluarsana,
Sesekali kuberfikir.
Memang jalan hidup seperti ini adanya.
Tidak ada yang bisa ku tolak.
Kecuali, sesegera mungkin mempercepat kesuksesan.
.
.
Kembali ku teringat kata kataku saat berpamitan kala itu.
"Ayah, Ibu... Minta doa restunya ya. Aku segera pulang.."
.
.
Ayah dan ibu hanya mengangguk. Senyumannya tulus dengan sorotan mata yang haru.
.
.
Kini anaknya sudah besar, sesegera mungkin dia merai citanya.
.
.
Aku di kota lain,
Di ruangan sempit,
Dengan tempat tidur ala kadarnya.
Teringat kenangan kenangan lama.
.
.
Sesekali aku rindu pelukan mereka.
Sesekali aku rindu,
Tidak...
Ini adalah kali keberapa.
Aku merindukannya.
.
.
Iya,
*Aku Harus Pulang*
.
.
Aku tidak akan biarkan rindu ini mengepung langkah kakiku.
Aku harus bersemangat !
Aku harus menjadi hebat.
.
.
Berbekal kejujuran dan kesabaran.
Bukan hanya itu,
Aku harus tanggung jawab.
.
.
Aku harus mencari jalan keluar,
Aku harus sesegera mungkin mendapat modal untuk usahaku.
.
.
Aku harus sesegera mungkin membuka usaha baru dan sukses usia muda.
.
.
Aku harus, sesegera mungkin.
Ini belum terlambat.
Aku harus pulang...
.
.
Ya.
Ayah dan ibu menungguku,
Dia menunggu kesuksesanku.
.
.
Aku putri kecilnya yang dulu dia jaga.
Kini harus sesegera mungkin punya usaha.
Agar sesegera mungkin pula aku dirumah dan merawatnya.
.
.
Tak usah bermuluk muluk memikirkan pangeran tampan.
.
.
Kebahagian ayah dan ibu adalah hal utama.
.
.
Sebelum perkawinanku,
Aku harus mampu merawatnya dulu.
.
.
Jika nanti aku kawin.
Aku ingin suamiku memahami perasaanku,
Aku ingin menjaga orang tuaku dan orang tuanya.
.
.
Karena kita adalah anak.
Tidak sepantasnya melupakan jasa mereka.
.
.
Hanya menjaga, apa sulitnya.
Aku mencintai mereka.
Harta, tahta... Itu bukanlah segalanya.
Melainkan keluarga dan jasa mereka adalah kebahagian seutuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dear : Kamu

untuk kamu seseorang yang teramat aku cintai. kau boleh saja marah padaku. yang selalu datang dan pergi dari kehidupanmu. kau boleh saja ...