Dewasa ini, aku belajar banyak hal.
Tentang sesuatu yang menyenangkan, tapi tidak selamanya.
Terkadang, air mata hadir setelah tawa.
Atau bahkan sebaliknya.
.
.
Banyak hal yang aku lihat, tentang sebuah dimensi waktu setiap hari.
Perubahan perubahan,
Kejadian jadi kenangan.
Segalanya...
.
.
Dulu dimasa kecil, aku tak pernah memikirkan sedikitpun tentang apa itu kenangan.
Apa artinya kenangan,
Apa itu sejarah,
Dan apa itu belajar sejarah.
.
.
Yang ku ingat kala itu,
Bermain dan tertawa adalah bahagia yang sangat istimewa.
.
.
Tak butuh menjadi orang yang hebat,
Cukup menjadi teman yang paling asik dan paling kreatif adalah hal yang paling utama.
.
.
Kini, setelah usai umur umur itu bertambah.
Dan menjadi tualah aku,
.
.
Aku baru menyadari,
Bahwasanya...
Dewasa itu adalah berat.
Bukan sekedar tawa dan air mata.
Melainkan sebuah pengorbanan dan pengabdian.
.
.
Mencari cari titik permasalahan,
Mencari cari cara untuk solusi.
Mencari cari segala jalan,
Tapi sekali lagi...
Kita akan temui sebuah pengorbanan dan pengabdian.
.
.
Kadang aku rindu pada masa itu,
Kala rumah yang dulu ramai akan jerit dan tawa kami.
Kini menjadi sepi,
Hanya suara radio atau chanel tv saja yang memecahkan hening.
.
.
Dulu, ayah selalu menjadi orang yang asik dalam bercerita.
Kini menjadi orang yang paling sepi menunggu cerita.
.
.
Dulu, ibu adalah wanita tersibuk dirumah.
Kini menjadi wanita yang setia menunggu anak anaknya pulang.
.
.
Sesekali aku tersenyum,
Rasa sesak dalam batin menusuk.
Air mataku hampir saja terjatuh,
Sesekali ku bernafas dalam untuk menahan.
.
.
Ada kicauan merdu burung diluarsana,
Sesekali kuberfikir.
Memang jalan hidup seperti ini adanya.
Tidak ada yang bisa ku tolak.
Kecuali, sesegera mungkin mempercepat kesuksesan.
.
.
Kembali ku teringat kata kataku saat berpamitan kala itu.
"Ayah, Ibu... Minta doa restunya ya. Aku segera pulang.."
.
.
Ayah dan ibu hanya mengangguk. Senyumannya tulus dengan sorotan mata yang haru.
.
.
Kini anaknya sudah besar, sesegera mungkin dia merai citanya.
.
.
Aku di kota lain,
Di ruangan sempit,
Dengan tempat tidur ala kadarnya.
Teringat kenangan kenangan lama.
.
.
Sesekali aku rindu pelukan mereka.
Sesekali aku rindu,
Tidak...
Ini adalah kali keberapa.
Aku merindukannya.
.
.
Iya,
*Aku Harus Pulang*
.
.
Aku tidak akan biarkan rindu ini mengepung langkah kakiku.
Aku harus bersemangat !
Aku harus menjadi hebat.
.
.
Berbekal kejujuran dan kesabaran.
Bukan hanya itu,
Aku harus tanggung jawab.
.
.
Aku harus mencari jalan keluar,
Aku harus sesegera mungkin mendapat modal untuk usahaku.
.
.
Aku harus sesegera mungkin membuka usaha baru dan sukses usia muda.
.
.
Aku harus, sesegera mungkin.
Ini belum terlambat.
Aku harus pulang...
.
.
Ya.
Ayah dan ibu menungguku,
Dia menunggu kesuksesanku.
.
.
Aku putri kecilnya yang dulu dia jaga.
Kini harus sesegera mungkin punya usaha.
Agar sesegera mungkin pula aku dirumah dan merawatnya.
.
.
Tak usah bermuluk muluk memikirkan pangeran tampan.
.
.
Kebahagian ayah dan ibu adalah hal utama.
.
.
Sebelum perkawinanku,
Aku harus mampu merawatnya dulu.
.
.
Jika nanti aku kawin.
Aku ingin suamiku memahami perasaanku,
Aku ingin menjaga orang tuaku dan orang tuanya.
.
.
Karena kita adalah anak.
Tidak sepantasnya melupakan jasa mereka.
.
.
Hanya menjaga, apa sulitnya.
Aku mencintai mereka.
Harta, tahta... Itu bukanlah segalanya.
Melainkan keluarga dan jasa mereka adalah kebahagian seutuhnya.
Jumat, 22 September 2017
Janjiku pada Ayah dan Ibu Dirumah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Dear : Kamu
untuk kamu seseorang yang teramat aku cintai. kau boleh saja marah padaku. yang selalu datang dan pergi dari kehidupanmu. kau boleh saja ...
-
Selasa, 10 Juli 2018 . . Ada rasa cemburu yang menguak rindu. Cemas datang mengganggu mengundang ragu ragu. . Tanpamu disisiku, aku ha...
-
Dewasa ini, aku belajar banyak hal. Tentang sesuatu yang menyenangkan, tapi tidak selamanya. Terkadang, air mata hadir setelah tawa. Atau...
-
Klaten, 22 Agustus 2018 untuk kamu seseorang yang hingga saat ini kucintai. kepadamu pemilik hati diantara kami. aku telah mengenalmu. ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar